yoga pratama

Jumat, 15 November 2019

K3 dalam dunia penerbangan

K3 dalam dunia penerbangan
            Bandar udara (bandara) merupakan tempat bertemunya banyak orang dari segala penjuru dunia yang datang dan pergi dengan pesawat udara, dan juga tempat berkumpulnya banyak orang yang melakukan kegiatannya masing-masing untuk menunjang operasi penerbangan yang lancar, aman dan nyaman.
            Menurut Annex 14 dari ICAO (International Civil Aviation Organization) , Airpot is a defined area on land or water (including any buildings, installations, and equipment) intended to be used either wholly or in part for arrival, departure, and movements of aircrafts. Menurut PT (persero) Angkasa Pura, bandar udara, ialah lapangan udara, termasuk segala bangunan dan peralatan yang merupakan kelengkapan minimal untuk menjamin tersedianya fasilitas bagi angkutan udara untuk masyarakat.
            Dengan perkembangan dunia penerbangan dan mobilitas manusia serta barang yang makin tinggi, maka fungsi bandara (bandar udara) makin bertambah penting. Di daerah-daerah penerbangan perintis, bandara masih sederhana, tetapi di kota-kota besar sudah berkembang menjadi besar dan canggih karena merupakan tempat bertemunya banyak orang dari segala penjuru dunia, dan tempat berkumpulnya banyak orang melakukan kegiatannya masing-masing untuk menunjang operasi penerbangan yang aman dan nyaman. Untuk itu dalam pengoperasiannya suatu bandara harus menyediakan fasilitas medik untuk dapat menanggulangi gawat darurat penerbangan, gawat darurat medik atau gangguan kesehatan lainnya. Lagi pula untuk memberi kemudahan pada calon penumpang dan pengunjung, di bandara disediakan kafetaria, restoran, coffee shop, duty free shop, kantor pos, bank, money changer dsb. Dan di bandara internasional selalu ada kantor/petugas C.I.Q. (Custom Immigration Quarantine).
            Akibat hal-hal di atas timbul masalah hygiene dan sanitasi di bandara yang harus ditangani sungguh-sungguh, sebab suatu bandara internasional adalah pintu gerbang suatu negara. Masalah hygiene dan sanitasi di bandara berhubungan erat dengan penyebaran penyakit menular dan juga dengan keselamatan penerbangan. Di samping masalah-masalah tersebut di atas, sering melalui bandara seorang pasien ingin berobat ke rumah sakit yang,besar di kota lain, bahkan ke luar negeri. Ini menimbulkan masalah, karena tidak semua orang sakit boleh diangkut dengan pesawat udara (pesawat dari airline).

PENERBANGAN adalah hal yang paling utama dalam melakukan perjalanan, tanpa terkecuali di jalur udara. Oleh karenanya setiap kita naik pesawat, seorang awak kabin tak bosan-bosannya memberikan instruksi keselamatan.
Setiap maskapai penerbangan diwajibkan menyiapkan beberapa alat keselamatan di pesawatnya. letak alat-alat tersebut sama sehingga para penumpang tak akan kebingungan ketika menaiki pesawat dari maskapai yang berbeda.
Nah, sebenarnya alat-alat keselamatan apa saja sih yang wajib kita ketahui? Dan bagaimana cara memakainya?

1. Kartu Keselamatan
Safety Information Card (Foto: pinterest)
Hal yang pertama kamu harus ketahui adalah kartu keselamatan. Kartu ini berisi cara menyelamatkan diri dari pesawat. Selain penjelasan tertulis, di dalamnya juga ada gambar-gambar yang membuatnya mudah untuk dipelajari.
Kamu bisa mengetahui posisi-posisi pintu keselamatan yang ada di pesawat. Selain itu di dalamnya dijelaskan juga bagaimana memakai pelampung dan safety belt. Letak kartu keselamatan biasanya ada di kantung di depan kursi.

2. Safety Belt
Safety Belt (Foto: aircraft.sewaro.us)
Salah satu yang diperagakan awak kabin saat akan terbang adalah sabuk pengaman. Sabung pengaman wajib dipakai saat memulai penerbangan dan pendaratan. Fugsi dari alat ini adalah melindungi tubuh dari goncangan.
Safety belt memiliki dua tipe, pertama untuk dewasa dan yang kedua untuk anak-anak. Alat ini menyatu dengan kursi. Pelajari cara untuk melepaskan sabuk pengaman dengan cepat. Dengan begitu kamu tak perlu panik ketika sesuatu yang tak diinginkan terjadi.

3. Baju Pelampung
Life Vest yang ada di bawah bangku pesawat. (Foto: WorthPoint)
Baju pelampung adalah alat yang sangat penting saat terjadi masalah. Karena biasanya pesawat akan melakukan pendaratan darurat di laut. Baju pelampung biasanya terletak di bawah kursi. Sebelum berangkat pastikan dulu alat tersebut ada atau tidak.
Baju pelampung akan otomatis mengembang jika ditarik tuasnya. terdapat pula sebuah lampu kecil yang bisa menyala saat teredam air. Fungsinya akan memudahkan tim SAR untuk menemukan korban untuk proses evakuasi.

4. Masker Oksigen
Masker oksigen yang dipakai kala keadaan darurat. (Foto: familylifeministry)
Di dalam pesawat tekanan udaranya pasti berbeda dengan di luar. Pesawat memiliki sebuah sistem yang mengatur hal tersebut sehingga udara di dalam pesawat tidak melebihi batas yang sudah ditentukan.
Masker oksigen akan keluar secara otomatis jika terjadi gangguan sistem tersebut. Kamu harus memasangnya segera karena jika tidak kamu akan pingsan
Penanggulangan

1.         SOP Penerbangan
Salah satu penyebab utama terjadinya kecelakaan dalam penerbangan adalah faktor manusia, baik mereka yang langsung berhubungan dengan pengoperasian pesawat, maupun mereka yang bertugas di ground handling. Untuk mencegah terjadinya kecelakaan penerbangan akibat faktor manusia, dilakukan berbagai upaya-upaya, salah satunya melalui penerapan Standard Operating Procedure (SOP). Mengingat sebagian besar penerbangan dilakukan untuk rute internasional atau lintas negara, maka diperlukan SOP yang memenuhi standar global dalam berbagai aspek, untuk memastikan terpenuhinya persyaratan keselamatan dalam aktivitas penerbangan.

  2.   Selalu melakukan kontak dengan ATC.
Pada ruang udara terkontrol/controlled airspace terbagi menjadi 3 (tiga) bagian yaitu: 
a.   Aerodrome Control Service Memberikan layanan air traffic control service, flight information service, dan alerting service yang diperuntukkan bagi pesawat terbang yang beroperasi atau berada di bandar udara dan sekitarnya (vicinity of aerodrome) seperti take off, landing, taxiing, dan yang berada di kawasan manoeuvring area, yang dilakukan di menara pengawas (control tower). Unit yang bertanggung jawab memberikan pelayanan ini disebut aerodrome control tower (ADC).
b.  Approach Control Service Memberikan layanan air traffic control service, flight information service, dan alerting service, yang diberikan kepada pesawat yang berada di ruang udara sekitar bandar udara, baik yang sedang melakukan pendekatan maupun yang baru berangkat, terutama bagi penerbangan yang beroperasi terbang instrumen yaitu suatu penerbangan yang mengikuti aturan penerbangan instrumen atau dikenal dengan Instrument Flight Rule (IFR). Unit yang bertanggung jawab memberikan pelayanan ini disebut approach control office (APP).
       c.  Area Control Service Memberikan layanan air traffic control service, flight information service, dan alerting service, yang diberikan kepada penerbang yang sedang menjelajah (en-route flight) terutama yang termasuk penerbangan terkontrol (controlled flights). Unit yang bertanggung jawab memberikan pelayanan ini disebut area control centre (ACC).

3.   Selalu melakukan perawatan rutin.
perawatan pesawat adalah inspeksi periodik yang harus dilakukan pada seluruh pesawat terbang sipil/komersial setelah batas waktu atau penggunaan yang telah ditentukan sebelumnya; pesawat terbang militer umumnya juga melakukan program perawatan tertentu yang serupa dengan yang dilakukan oleh operator penerbangan sipil. Maskapai penerbangan dan operator komersial lainnya yang memiliki pesawat besar atau bertenaga turbin mengikuti program inspeksi berkelanjutan yang disetujui oleh Federal Aviation Administration (FAA) di Amerika Serikat. atau oleh otoritas penerbangan sipil lainnya seperti Direktorat Jenderal Perhubungan Udara di Indonesia atau European Aviation Safety Agency (EASA).

Pada perawatan pesawat terbagi menjadi 4 bagin, yaitu:
      A check
Pemeriksaan ini dilakukan setiap 400 - 600 jam terbang atau 200 - 300 pergerakan (lepas landas dan mendarat dianggap sebagai satu pergerakan pesawat), tergantung jenis pesawatnya.[3] Pemeriksaan ini membutuhkan sekitar 150 - 180 jam kerja dan umumnya dilakukan di hangar sedikitnya selama 10 jam. Pelaksanaan sebenarnya bergantung dengan jenis pesawat, jumlah pergerakan, atau jumlah jam terbang setelah pemeriksaan terakhir. Pemeriksaan dapat ditunda oleh maskapai apabila beberapa kondisi yang ditentukan sebelumnya terpenuhi.

      B check
Pemeriksaan ini dilakukan setiap 6-8 bulan. Pemeriksaan membutuhkan 160 - 180 jam kerja, bergantung pada jenis pesawat, dan umumnya selesai dalam waktu 1 - 3 hari di hangar. Pemberlakuan jadwal yang sama bisa dilakukan kepada A dan B check. Selain itu, B check juga bisa digabungkan dalam A check yang berkelanjutan, seperti: pemeriksaan A1 hingga A10 menyelesaikan seluruh item B check.

C check
Pemeriksaan ini dilakukan kira-kira setiap 20 - 24 bulan atau pada jumlah jam terbang tertentu seperti yang ditetapkan oleh pembuat pesawat. pemeriksaan perawatan ini jauh lebih luas dibandingkan B  check, mengharuskan sebagian besar komponen pesawat untuk diperiksa. Pemeriksaan ini membuat pesawat tidak bisa terbang hingga penyelesaiannya; karena pesawat dilarang meninggalkan tempat pemeriksaan sebelum selesai. Pemeriksaan ini juga membutuhkan tempat yang lebih luas dibandingkan A dan B check. Pemeriksaan ini umumnya dilakukan di hangar tembat basis perawatan berada. Waktu yang dibutukna untuk pemeriksaan ini antara 1 -2 minggu dan membutuhkan tenaga hingga 6000 jam kerja. Jadwal pemeriksaan tergantuk pada banyaknya faktor dan komponen yang diperiksa, dan bergantung pada jenis pesawat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar